Mengenal Apa yang dimaksud dengan Sistem Cashless

corporate credit card

Di zaman digital seperti saat ini, penggunaan uang fisik cenderung semakin dikurangi. Transaksi lebih banyak menggunakan uang digital atau e-money. Inilah yang kemudian memunculkan istilah cashless economy.
Secara harfiah, cashless economy adalah sebuah kegiatan ekonomi yang tidak menggunakan uang fisik atau uang tunai. Bukan berarti tidak memiliki uang.

Penerapan Cassless dalam Kehidupan Sehari-hari

Penggunaan Kartu (Cashless) di Jalan Tol

Kini semua transaksi ekonomi dilakukan tanpa lagi menggunakan uang tunai. Contoh yang masih cukup hangat adalah pemberlakuan e-money saat akan memasuki jalan tol yang dimulai pada Oktober 2017 ini. Seluruh pengguna tol di ibu kota harus memiliki kartu yang berisi saldo untuk membayar tarif tol. Tanpa kartu e-money tersebut, Anda dipastikan harus melewati jalan biasa untuk mencapai tujuan.

Penggunaan Kartu (Cashless) di Pusat Perbelanjaan

Itu merupakan salah satu contoh aktivitas ekonomi yang tidak lagi menggunakan uang tunai di dalamnya. Di pusat perbelanjaan ataupun minimarket pun sudah cukup lama memberi kesempatan kepada konsumen untuk membayar dengan kartu debit atau kartu kredit. Sehingga konsumen tidak perlu repot membawa uang dalam jumlah banyak ketika akan berbelanja.

Sistem cashless memang memberi sejumlah keuntungan. Selain tak perlu membawa uang banyak dalam dompet, sistem ini pun sudah bisa dijalankan tanpa menggunakan kartu. Sistem cashless sudah bisa diaplikasikan melalui smartphone dan smartwatch.

Ya, Anda bisa membayar belanjaan Anda dengan menggunakan smartphone dan jam tangan pintar. Tentu saja kedua gawai tersebut sudah memiliki aplikasi pendukung yang bisa menjadi tempat menyimpan uang Anda secara digital.

Risiko Penggunaan Sistem Cashless

Selain memberi kemudahan, sistem cashless juga berpotensi memberi kerugian. Terutama bagi mereka yang punya kecenderungan tidak bisa mengontrol pengeluaran. Mereka yang doyan belanja bakal lebih mudah lagi dalam melakukan transaksi yang justru bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

Adanya Cashless Menyebabkan Sulit Mengontrol Pengeluaran

Ambil contoh, Anda tengah jalan-jalan di sebuah mall. Saat sampai di sebuah toko, Anda tertarik dengan barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan tidak direncanakan untuk dibeli. Karena dimudahkan oleh sistem cashless, Anda bisa langsung membelinya dan membawa pulang.

Kalau Anda menggunakan kartu kredit, maka akan muncul di tagihan bulan berikutnya. Untuk sekali dua kali, kejadian seperti ini tidak akan membuat keuangan Anda langsung drop. Tapi jika menjadi sebuah kebiasaan maka penghasilan Anda akan selalu “diganggu” oleh tagihan yang harus dilunasi.

Cashless Menyebabkan Tagihan Melonjak

Semakin banyak tagihan yang belum dibayar, maka semakin besar bunga tagihan yang harus dibayar. Ujungnya, keuangan Anda pun akan berantakan. Jika menggunakan kartu debit, memang tidak akan muncul tagihan di bulan berikutnya. Tapi, perilaku buruk yang tidak bisa mengontrol pengeluaran hanya akan membuat tabungan Anda terkuras lebih cepat. Uang yang seharusnya bisa untuk bertahan hidup selama satu bulan sudah habis hanya dalam tempo 10 hari. Apakah itu yang Anda inginkan?

Jadi, walaupun sistem cashless sudah bisa membantu proses pembayaran masyarakat, tetap harus ada edukasi untuk bisa mengontrol setiap pengeluaran. Sistem cashless hanya untuk membantu masyarakat. Bukan untuk menjadi alat yang akan membuat pengeluaran menjadi tidak terkontrol. Semuanya tetap harus sesuai dengan perencanaan.

Metode Cashless Sangat Populer di Perkotaan, Tapi Awam di Pedesaan

Selain itu, sistem ini rasanya hanya bisa dijalankan saat ini di masyarakat perkotaan. Bagi masyarakat di pedesaan yang sarana dan prasarana sistem cashless masih sangat minim jelas tidak bisa berfungsi secara maksimal.
Belum pernah ditemukan di pasar tradisional di daerah-daerah pedalaman yang sudah menerapkan sistem cashless. Ketergantungan mereka terhadap uang tunai memang masih sangat besar. Terlebih, sarana pendukung seperti sistem jaringan dan peralatan yang memadai juga belum merata.

Bahkan, boleh jadi sistem cashless economy hanya berlaku bagi golongan ekonomi menengah ke atas. Untuk masyarakat kelas bawah yang jarang bersentuhan dengan mall atau toko-toko yang menyediakan sistem cashless, uang tunai jelas lebih dibutuhkan. Lagipula mereka belum terbiasa melakukan pembayaran tanpa melihat uang di tangan.

Artinya, Indonesia memang masih jauh untuk bisa mencapai cashless society. Selain karena masyarakatnya yang tersebar dari Aceh sampai Papua, sistem jaringan yang tersedia pun memang belum merata.

Saat ini, negara yang sudah bisa disebut sebagai cashless society adalah Swedia. Di negara itu, penggunaan uang tunai untuk melakukan transaksi di toko-toko sudah kurang dari 20 persen. Persentase ini sudah berkurang separuh dibanding kondisi pada lima tahun sebelumnya.

Tak hanya di toko, untuk pembayaran tiket bus, kereta api, atau kereta komuter sudah menggunakan sistem cashless. Sehingga ketika seorang konsumen yang membayar belanjaan dengan mendekatkan jam tangan atau smartphone sudah menjadi pemandangan biasa di Swedia.

Kelebihan Sistem Cashless di Indonesia

  • Nyaman dan Efisien

Bila dibandingkan dengan menggunakan uang tunai, metode pembayaran cashless didesain agar lebih nyaman digunakan. Bukan hanya dengan menggesek kartu, saat ini beberapa metode pembayaran cashless hanya memerlukan sistem tap (ditempel) saja seperti T-Cash, Flazz, Brizzi, dsb. Tidak hanya nyaman, cara ini juga dinilai lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga.

Kelebihan ini merupakan salah satu alasan utama mulai diterapkannya sistem E-Toll, dengan harapan dapat mengurangi tingkat kemacetan akibat antrian pembayaran tol. Beberapa pintu tol di ibukota bahkan hanya menerima transaksi menggunakan E-Toll untuk mengurangi macet antrian tol, seperti di pintu tol Senayan. Ada juga metode pembayaran menggunakan smartphone dengan fitur NFC yang masih belum populer di Indonesia. Dengan fitur tersebut, anda hanya perlu tap smartphone Anda ke mesin EDC (electronic data capture) untuk bertransaksi. Selain itu dengan sistem cashless, Anda tidak perlu lagi khawatir memikirkan uang kembalian karena jumlah uang yang dipotong sudah pas, sesuai dengan jumlah transaksi anda.

  • Mempermudah dalam Meninjau Transaksi

Pernahkah Anda tidak dapat mengingat ke mana saja arus pengeluaran Anda, untuk apa saja uang tersebut digunakan? Dengan bertransaksi secara cashless, transaksi Anda nantinya akan memiliki jejak dan dapat dengan mudah dilacak. Mulai dari jumlah transaksi, tempat, dan juga waktu, seluruh keterangan tersebut bisa Anda dapatkan dengan mudah. Kemudahan tracking ini juga menjadi sarana agar Anda dapat mengontrol transaksi yang dilakukan agar tidak ada penyalahgunaan apapun dan mulai memangkas pengeluaran saat sudah berlebihan.

  • Beragam Penawaran dan Promo

Beberapa transaksi cashless di Indonesia saat ini kerap memberikan penawaran dan promo dengan merek-merek tertentu yang bekerja sama dengan mereka. Promo-promo ini dapat membantu Anda untuk menghemat pengeluaran. Namun perlu diingat bahwa tiap jenis produk cashless bekerja sama dengan vendor yang berbeda-beda dan dirancang untuk pasar yang berbeda-beda. Contohnya pada produk T-Cash yang memberikan promo di beberapa rumah makan cepat saji dan juga di bioskop. Saat ini, beragam produk cashless masih terus bermunculan dan menyebabkan persaingan yang tinggi. Anda dapat mempelajari vendor mana saja yang memberikan penawaran sebelum berkomitmen pada produk cashless tertentu.

Tidak hanya itu, sistem pembayaran melalui GO-Pay atau Grab Credits misalnya, dapat memberikan Anda kesempatan dalam bertransportasi dari dan menuju tempat kerja. Anda bisa mendapatkan diskon-diskon tambahan yang sangat menarik, dan sedikit-sedikit mulai memangkas pengeluaran Anda dari hal yang sederhana.

online single submission

Kekurangan Sistem Cashless di Indonesia

  • Cenderung Lebih Boros

Dengan menggunakan metode cashless, tentu Anda tidak menggunakan uang dalam bentuk fisik. Hal ini lama kelamaan dapat mengubah kebiasaan belanja Anda. Ketika membayar dengan uang tunai, anda tentunya mengeluarkan sejumlah uang secara fisik secara sadar. Sedangkan ketika anda menggunakan metode cashless, walau Anda tahu sudah mengeluarkan uang, tetapi transaksi tersebut tidak terjadi secara fisik. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kesadaran sehingga akan muncul kecenderungan untuk terus menghabiskan uang dan  akhirnya berujung pada pemborosan. Untuk mencegahnya, Anda perlu melihat saldo yang masih dimiliki tiap kali melakukan transaksi. Hal ini untuk memberikan kesadaran terhadap jumlah uang yang masih dimiliki dan mengurangi risiko pemborosan.

  • Perlu Pemahaman Teknologi

Karena metode cashless berbasis pada sistem elektronik, pengguna perlu memiliki pemahaman yang cukup mengenai teknologi dan pemakaiannya. Sistem cashless menuntut penggunanya untuk dapat berinteraksi dan menggunaan perangkat elektronik baik berupa mesin ATM, mesin EDC, maupun smartphone. Hal ini dapat menjadi kendala bagi sebagian orang yang belum terbiasa menggunakan teknologi, seperti kaum lansia dan baby boomer yang masih banyak jumlahnya di Indonesia. Ini salah satu penyebab utama transaksi cashless di Indonesia masih berpusat di Ibukota. Selain itu kemungkinan mereka akan lebih sulit untuk mempercayai sistem cashless sehingga akan lebih sulit mengubah perilaku transaksi mereka. Pengguna diharuskan melek teknologi dan memberikan edukasi secara merata tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.

  • Jika Kartu Hilang Akan Sangat Merugikan

Salah satu risiko dari sistem cashless adalah jika kartu hilang. Bayangkan saja jika Anda baru saja melakukan top up dengan nominal tertentu, lalu kartu tersebut tidak sengaja hilang. Beberapa kartu tidak memfasilitasi Anda untuk melakukan back up dana ke kartu yang baru, sehingga uang tersebut akan hilang begitu saja. Maka dari itu, pastikan untuk menyimpan kartu dengan baik, tidak ada salahnya untuk mengalungkan kartu di leher atau menempelkan kartu pada casing handphone. Tidak ketinggalan, jangan melakukan top up dana yang terlalu banyak, karena selain berbahaya tentu saja untuk menghindari kejadian buruk seperti ini.

Tips Bijak Menggunakan Metode Cashless Biar Tidak Boros

Di era modern seperti saat ini, setiap orang harus bisa menyesuaikan diri. Salah satunya, dilihat dari segi bertransaksi. Jika dulu metode pembayaran dilakukan secara tunai, kini Anda sudah bisa menerapkan cashless payment. Sebenarnya, perubahan ke arah yang lebih maju ini memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk bisa bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai, melainkan cashless. Hanya dengan kartu ATM, e-wallet, ataupun kartu elektronik, Anda sudah bisa bertransaksi kapanpun dan dimanapun.

Ditambah lagi, metode pembayaran non tunai selalu menawarkan cashback yang membuat banyak orang terlena dan kadang berujung pada pengeluaran yang tidak terkontrol. Jika demikian, maka kemajuan teknologi seperti ini menjadi tidak berfungsi dengan baik. Lalu, bagaimana mengatasinya? Berikut ini kami berikan ulasan mengenai tips bijak menggunakan metode cashless biar tidak boros.

Pahami dengan Baik bahwa Metode Cashless adalah Pengganti Uang Tunai

Mungkin, banyak yang menyepelekan soal metode cashless. Memang, metode non tunai tersebut sangat simpel sehingga Anda tidak perlu membawa uang yang membuat dompet tebal. Namun, seringkali sebagian pengguna teledor meletakkan kartu ATM atau kartu elektronik secara sembarangan. Tak heran, banyak kasus kehilangan kartu ATM. Padahal, meskipun berbentuk kartu, kehilangan kartu tersebut berarti Anda kehilangan sejumlah uang tersebut. Sangat merugikan bukan?

Tidak hanya itu, kebanyakan orang yang menggunakan e-wallet seringkali tidak sadar bahwa telah top up berulang kali untuk shopping ataupun jajan. Mungkin, sedikit beda rasanya jika harus mengeluarkan rupiah secara tunai. Namun, Anda harus sadar bahwa transaksi e-wallet tidak ada bedanya. Jadi, sebaiknya kebiasaan tersebut harus dihindari. Lebih teliti dalam mengelola anggaran pengeluaran secara non tunai. Selalu ingat bahwa metode cashless adalah pengganti dari uang tunai.

Isi E-wallet dan Kartu Elektronik Anda Sesuai Kebutuhan

Penggunaan e-wallet kini sudah menjamur di berbagai tempat. Bahkan, aplikasi marketplace saat ini sudah mewajibkan penggunaan e-wallet untuk metode pembayarannya, biar mendapatkan gratis ongkir. Ditambah lagi, ada iming-iming promo dan cashback yang menggiurkan. Tanpa sadar, Anda telah mengisi kartu elektronik dan e-wallet dengan nominal yang lumayan besar. Dengan kemudahan pengisian yang hanya sekali klik, siapapun pasti bakalan ketagihan belanja online. Inilah yang seringkali menyebabkan pengeluaran membengkak.

Untuk menghindari hal tersebut, pastikan untuk mengisi kartu elektronik atau e-wallet secara terjadwal dan sesuai kebutuhan. Misalnya, Anda dapat mengisi kartu elektronik dan e-wallet saat gajian dengan nominal tertentu. Camkan dalam diri Anda bahwa nominal tersebut harus cukup untuk satu bulan guna keperluan belanja sehari-hari. Apabila kebiasaan tersebut diterapkan dengan baik, dipastikan Anda tidak akan bertransaksi secara berlebihan.

Pakai E-wallet dan Kartu Elektronik Anda Sesuai Kebutuhan

Setelah kartu elektronik dan e-wallet Anda diisi sesuai kebutuhan, tinggal penggunaannya harus seperti apa. Cobalah untuk tidak mudah terbuai dengan barang-barang diluar kebutuhan yang dianggarkan. Apabila Anda sudah mengalokasikan uang elektronik khusus untuk kebutuhan transportasi, maka gunakanlah hanya untuk kebutuhan tersebut. Semakin Anda tidak disiplin, maka akan semakin sulit untuk mengatur pengeluaran Anda.

Pertimbangkan Sebelum Membeli

Pada event tertentu, seringkali marketplace atau outlet-outlet mengadakan promo yang membuat sebagian orang kalap diskon. Apalagi jika pembayarannya secara cashless, hanya satu klik saja. Biar tidak menyesal pada akhirnya, sebaiknya bijaklah dalam membeli. Perhatikan dan pertimbangkan terlebih dulu sebelum checkout, apakah Anda benar-benar membutuhkan barang tersebut atau tidak. Jangan sampai, kebutuhan primer yang seharusnya dipenuhi, justru terlewatkan karena terbuai oleh keinginan sesaat.

Manfaatkan Cashback dan Promo secara Bijak

Siapa sih yang tidak bakalan kalap jika bicara soal promo dan cashback? Apalagi jika sudah  didukung oleh metode cashless. Bisa dikatakan, siapapun pasti akan langsung berambisi untuk memborong. Namun, ternyata situasi seperti itu bisa disikapi dengan bijak lho! Prinsipnya, gunakan kesempatan promo dan cashback untuk membeli barang-barang yang Anda butuhkan. Lumayan bukan, bisa menghemat pengeluaran dengan potongan diskon? Anda pun bisa mengalokasikan sisa uang untuk kebutuhan penting lainnya atau berinvestasi.

Biar tidak ketagihan, tanamkan pada diri Anda untuk tidak selalu membeli barang ketika promo atau cashback. Jangan sampai Anda mudah tergoda untuk membelinya. Apalagi sampai membuat prinsip banyak diskon dan promo berarti wajib membeli.

Hindari Menggunakan E-wallet dan Kartu Elektronik untuk Menabung

Banyak yang beranggapan bahwa kartu elektronik dan e-wallet bisa digunakan untuk menabung atau menyimpan uang dalam jumlah yang banyak. Padahal, kegunaan utama sebuah e-wallet dan kartu elektronik tersebut untuk transaksi kebutuhan sehari-hari. Jadi, jangan sekali-kali menggunakannya untuk menabung, bahkan investasi. Takutnya, uang tabungan Anda akan tercampur dengan uang belanja. Bukannya bertambah banyak, bisa saja uang tabungan Anda terpotong untuk membeli barang-barang lainnya. Kalaupun Anda masih berkeinginan untuk menabung atau berinvestasi, bisa gunakan tabungan di bank atau reksadana biar keuangan lebih terjamin.

Berkembangnya sistem transaksi cashless saat ini, sebenarnya dapat disiasati dengan tepat. Jangan sampai, kemudahan yang diperoleh membuat gagal untuk berinvestasi dan menabung. Semakin pandai Anda mengatur sistem keuangan, maka dipastikan kondisi finansial Anda bisa lebih terjamin.

Tren Cashless yang Perlu Anda Cermati Selama Pandemi

Metode cashless semakin mengkhawatirkan jika selama pandemi Anda benar-benar tidak bisa mengontrol keuangan. Nah, biar belanja semakin nyaman dan dompet tetap aman, simak tips-nya berikut ini.

Membuat Rencana Keuangan

Sebelum membelanjakan uang, sebaiknya buatlah rencana keuangan terlebih dulu. Pahami setiap kebutuhan finansial secara rinci setiap bulan. Dengan rencana keuangan yang matang, diharapkan tersusun skala prioritas biar tidak boros. Setelah itu, Anda bisa mengalihkan saldo rekening ke e-wallet dengan nominal sesuai kebutuhan primer dan sekunder dalam skala prioritas.

Hindari Penggunaan Jasa Pinjaman Online

Selama pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan banyak jasa pinjaman online tersebar dengan syarat mudah. Salah satu metode pembayarannya yaitu cashless. Memang sih, penawaran tersebut sangat menggiurkan dan memudahkan Anda dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, jangan biasakan menggunakan pinjaman online. Pasalnya, beban pinjaman menjadi menumpuk. Bukannya membantu, malah menjadi tagihan yang memberatkan bulan depan. Sebisa mungkin, tahan diri Anda terhadap berbagai penawaran pinjaman online selama pandemi.

Fokus untuk Lebih Produktif, Bukan Konsumtif

Dapat dikatakan, segala aktivitas selama pandemi yang hampir berjalan satu tahun ini didominasi oleh metode online. Mulai dari komunikasi online hingga belanja online. Nah, belanja online inilah yang terkadang membuat banyak orang terlena. Selain membiasakan tips di atas, fokuslah untuk lebih produktif. Budaya konsumtif seperti belanja barang-barang yang tidak penting membuat keuangan tidak terkontrol. Alih-alih membeli, cobalah untuk memproduksi sendiri dengan cara kreatif. Misalnya, daripada membeli makanan dari luar, memanfaatkan bahan-bahan seadanya di dapur jauh lebih menantang. Begitupula dengan kebutuhan lainnya yang masih bisa diusahakan sendiri.

Mulai sekarang, kendali penuh di tangan Anda. Kelola seluruh anggaran perusahaan hanya dengan ponsel Anda. Setujui maupun tolak pengajuan reimbursement dan cash advance kapanpun dimanapun. Pantau pula penggunaan budget karyawan. Anda tidak perlu lagi khawatir pada penipuan keuangan. JojoExpense dapat memperingatkan Anda mengenai percobaan penipuan dalam reimbursement dan cash advance, berkat Intelligence OCR dan Real-Time Geotagging.