Full Costing dan Variable Costing – Pengertian, Perbedaan, Kelemahan dan Kelebihannya

Sebelumnya kita telah membahas mengenai metode Activity Based Costing untuk mengetahui harga pokok penjualan suatu produk. Sekarang saatnya kita membahas tentang metode untuk menentukan harga pokok produksi, yaitu Full Costing dan Variable Costing.

Perputaran yang terjadi dalam dunia bisnis secara sederhana terbagi menjadi tiga, yaitu produksi, distribusi, dan penjualan ke konsumen.

Nah, sebelum suatu barang itu dijual dan dibeli oleh seorang konsumen atau customer tentu saja produk tersebut melalui proses produksi terlebih dahulu.

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HR Suites hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

Dalam proses produksi ini, dibutuhkan suatu metode yang efektif dan efisien dalam menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti bahan baku, beban tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan lain-lain yang berkaitan dengan aktivitas produksi.

Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai pengertian, perbedaan, kelebihan, kelemahan, dan laporan keuangan yang ada dalam metode akuntansi full costing dan variable costing. Yuk simak artikel ini sampai selesai ya!

Pengertian Full Costing dan Variable Costing

Kamu harus mempelajari pengertian dari keduanya, sebelum mengenal lebih jauh tentang full costing dan variable costing mari kita bahas terlebih dahulu mengenai , hal sebagai berikut:

Full Costing

Suatu metode dalam ilmu akuntansi yang memaparkan bahwa semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi seperti biaya tetap, variabel, langsung, tidak langsung, investasi, dan semua biaya yang digunakan untuk proses produksi dijadikan sebagai tolak ukur untuk menghitung total biaya per unit atau harga pokok produksi dalam sebuah bisnis.

Variable Costing

Metode dalam perhitungan biaya-biaya variabel yang digunakan untuk membuat suatu produk, di mana biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan volume kegiatan usaha.

Dengan kata lain, biaya tersebut sangat fluktuatif atau naik-turun secara porposional dengan kuantitas output atau volume produksi.

Perbedaan Full Costing dan Variable Costing

Full costing dan variable costing sama-sama digunakan untuk menghitung harga pokok produksi, meskipun tujuannya sama namun keduanya sebenarnya berbeda satu sama lainnya.

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HR Suites hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

Berikut ini beberapa perbedaan antara full costing dan variable costing yang harus kamu ketahui:

Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Berbeda

Untung menghitung harga pokok produksi suatu perusahaan, perbedaan yang paling terlihat dari keduanya adalah pada metode full costing menggunakan beban overhead pabrik tetap dan variable.

Sedangkan, variable costing hanya mengikutsertakan beban overhead variable saja.  Beban overhead pabrik sendiri merupakan biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan baku dan beban tenaga kerja langsung.

Beban overhead pabrik tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan dalam volume produksi. Contoh dari beban overhead pabrik tetap ini ialah beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli alat baru.

Sementara, beban overhead pabrik variable adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan volume kegiatannya. Salah satu contoh beban overhead pabrik variable ialah beban untuk melakukan pengemasan produk.

Laporan Keuangan pada Laporan Laba Rugi

Lalu bagaimana dengan laporan keuangannya? Jika menggunakan metode full costing biaya overhead akan dilaporkan jika produk sudah terjual. Sedangkan, untuk metode variable costing baik produk terjual atau tidak maka biaya overhead akan tetap dilaporkan sehingga jumlah pendapatan perusahaan akan tetap berkurang.

Biaya Per Periode

Pada metode full costing biaya per periode dianggap sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi namun tetap mengurangi laba perusahaan. Biaya periode menurut metode variable costing ikut dibebankan dalam produksi.

Kelebihan Full Costing dan Variable Costing

Berikut ini kelebihan dari full costing dan variable costing yang bisa kamu pertimbangkan untuk memilih metode mana yang tepat untuk perusahaanmu, sebagai berikut:

Kelebihan Full Costing

Kelebihan yang kamu dapatkan jika menggunakan metode full costing adalah sebagai berikut:

  • Menampilkan jumlah biaya overhead dengan sangat komprehensif sebab mengandung dua jenis biaya, yaitu overhead tetap dan variable.
  • Metode ini mampu melakukan penundaan dalam beban biaya overhead ketika produk belum laku terjual di pasaran.
  • Pembebanan biaya overhead atas barang yang belum terjual bisa dialihkan untuk mengurangi atau menambah harga pokok.

Kelebihan Metode Variable Costing

Jika kamu menggunakan metode variable costing ada beberapa kelebihan yang akan kamu dapatkan sebagai berikut ini:

  • Cocok untuk kamu yang hanya merencanakan untuk mendapatkan laba dalam jangka waktu yang pendek.
  • Biasa dipakai untuk pengendalian biaya sebab variable costing membagi biaya tetap menjadi dua golongan, yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
  • Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk order pesanan yang sifatnya khusus, terutama yang tidak membutuhkan banyak pesanan seperti pada metode full costing.

Kelemahan Full Costing dan Variable Costing

Suatu metode pasti tidak akan lepas dari kelemahan. Berikut ini kelemahan dari full costing dan variable costing adalah sebagai berikut:

Kelemahan Full Costing

Dalam metode full costing, harga jual kamu akan menjadi lebih tinggi daripada menggunakan metode variable costing. Hal tersebut dikarenakan, metode full costing menganggap konsumen rela membayar berapa pun untuk membeli barang yang diinginkannya.

Metode ini cocok untuk bisnis yang bergerak dalam bidang produksi bahan pokok masyarakat umum.

Kelemahan Variable Costing

Pemisahaan discretionary fixed cost dan committed fixed cost sulit untuk dilakukan pada metode variable costing. Selain itu, metode ini menyebabkan naik turunnya laba karena adanya perubahan dalam hal penjualan suatu produk.

Variable costing tidak cocok diterapkan pada perusahaan yang sifatnya musiman karena hanya akan menyajikan kerugian laba yang tidak normal untuk perusahaan. Dalam metode variable biaya overhead tetap juga tidak dimasukkan, sehingga nilai persediaan menjadi lebih rendah.

Laporan Keuangan Full Costing dan Variable Costing

Berikut ini, laporan keuangan yang biasanya terdapat pada Full Costing dan Variable Costing:

Full Costing

Perhitungan harga pokok produksi pada metode full costing dilakukan dengan membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri dari hal-hal berikut ini:

Hasil Penjualan

Jumlah uang yang berhasil didapatkan oleh perusahaan dari hasil penjualan produk perusahaan.

Harga Pokok Produksi/Penjualan

Harga dasar per unit dari produksi/penjualan suatu barang

Laba Kotor

Perusahaan mendapatkan laba kotor yang berasal dari keuntungan penjualan, namun belum dikurangi dengan biaya/beban perusahaan. Di mana untuk mendapatkan laba kotor, kamu bisa mendapatkannya dengan cara menghitung selisih antara hasil penjualan dan harga pokok produksi/penjualan.

Laba Bersih

Laba yang didapatkan keuangan dengan cara menghitung selisih antara laba kotor yang telah didapatkan sebelumnya dengan jumlah total dari biaya pemasaran suatu variabel yang telah dikalikan dengan unit produk yang terjual, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum variabel, serta biaya administrasi dan umum tetap.

Biaya Pemasaran Variabel

Uang yang dikeluarkan untuk melakukan pemasaran dari variabel-variabel suatu produk oleh perusahaan.

Biaya Pemasaran Tetap

Perusahaan mengeluarkan uang untuk memasarkan suatu produk secara dengan jumlah yang tetap atau tidak berubah-ubah.

Biaya Administrasi dan Umum Variabel

Sejumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung proses produksi.

Biaya Administrasi dan Umum Tetap

Nominal uang untuk mendukung proses produksi perusahaan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Variabel Costing

Perhitungan harga pokok produksi pada metode variabel costing dilakukan dengan membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri dari hal-hal berikut ini:

Biaya Bahan Baku

Segala pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk membeli bahan baku suatu produk

Biaya Tenaga Kerja

Pengeluaran perusahaan untuk membayar gaji para karyawan perusahaan

Biaya Overhead Pabrik Variabel

Kelebihan biaya tidak terduga yang terjadi dalam sebuah perusahaan yang tida diperhitungkan sebelumnya

Biaya Pokok Produksi

Biaya produksi yang dibutuhkan untuk membuat barang yang dihitung per unit.

Antara Full Costing dan Variable Costing, Mana Yang Terbaik?

Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai perbedaan full costing dan variable costing. Sudah diketahui bahwa antara full costing dan variable costing sama-sama digunakan untuk menghitung harga pokok produksi. Perbedaanya hanya terletak pada metode pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.

Perbedaan tersebut akan menyebabkan dua akibat sebagai berikut:

  • Perhitungan biaya pokok produksi
  • Penyajian laporan laba rugi

Bicara mengenai full costing dan variable costing, mana yang terbaik? Keduanya memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

Unsur-unsur Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing

Full Costing merupakan metode penentuan HPP (Harga Pokok Produksi) yang membebankan seluruh biaya produksi pada biaya variable maupun biaya tetap pada produk. Menurut metode Full Costing, Harga Pokok Produksi terdiri dari:

  • Biaya Bahan Baku
  • Biaya Tenaga Kerja Langsung
  • Biaya OH (Overhead) Pabrik Tetap
  • Biaya OH (Overhead) Pabrik Variable

Dengan demikian dapat diketahui bahwa Harga Pokok Produksi (HPP) dapat diketahui dengan menjumlahkan Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya OH Pabrik Tetap + Biaya OH Pabrik Variable.

Dalam metode full costing, Biaya OH (Overhead) pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variable dibebankan pada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang sudah ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau pada dasar biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.

Dengan begitu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada Harga Pokok Persediaan produk dalam proses dan dalam persediaan produk itu sendiri dimana yang belum laku akan dijual. Dengan demikian barulah dianggap sebagai biaya apabila produk tersebut telah terjual.

Hal ini dikarenakan biaya overhead merupakan biaya yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal. Sehingga jika dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan maka akan terjadi pembebanan overhead berlebih atau pembebanan overhead yang kurang.

Namun, apabila semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku terjual maka pembebanan biaya overhead pabrik baik lebih ataupun kurang digunakan kembali untuk mengurangi atau menambah Harga Pokok Produk yang masih dalam persediaan baik yang masih berupa persediaan produk dalam proses maupun produk yang sudah jadi.

Akan tetapi, jika dalam satu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead yang lebih ataupun kurang. Maka biaya overhead pabrik tetap tidak akan memiliki pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produknya laku terjual.

Unsur-unsur Harga Pokok Produk Dengan Metode Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan Harga Pokok Produksi yang hanya membebankan biaya-biaya variable ke dalam harga pokok produk. Menurut variable costing, harga pokok produk terdiri atas:

  • Biaya Bahan Baku
  • Biaya Tenaga Kerja Variable
  • Biaya Overhead Pabrik Variable

Sehingga Harga Pokok Produk dihasilkan dari penjumlahan Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Variable + Biaya Overhead Pabrik Variable.

Jadi, metode variable costing disebut sebagai direct costing yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah biaya langsung (direct costing). Pengertian dari langsung dan tidak langsungnya biaya tergantung pada erat atau tidaknya hubungan biaya tersebut dengan objek penentuan biaya tersebut.

Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksinya adalah biaya langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut. Dengan begitu, tidak selalu biaya langsung daam hubungannya dengan produk disebut biaya variable.

Sebagai contoh pada pabrik A hanya menghasilkan satu jenis produk saja. Upah tenaga kerja pabrik dibayar bulanan dan tidak tergantung dari berapa besar hasil produksinya. Meski demikian, bukan berate menjadi biaya variable karena tidak berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.

Dengan demikian istilah direct cost bisa dibilang tidak tepat karena metode ini berhubungan dengan penentuan harga pokok produk yang hanya memperhitungkan biaya variable saja bukannya biaya langsung saja.

Pembebanan Biaya

Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik diperlakukan sebgai period cost, bukan sebagai unsur harga pokok produk. Sehingga biaya overhead pabrik akan tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya produksi.

Dengan begitu biaya overhead pabrik tetap dalam metode variable costing dan tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku terjual namun langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya produksi.

Sedangkan pada metode full costing terdapat penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan laku terjual. Jadi, biaya Overhead pabrik yang terjadi ini baik yang berperilaku tetap ataupun variable dianggap sebagai aset karena melekat sebagai persediaan sebelum persediaan tersebut terjual.

Namun sebaliknya, metode variable costing tidak menyetujui adanya penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tersebut. Dengan kata lain tidak menyetujui adanya pembebanan biaya overhead produk tetap keapda produk.

Dalam metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya akan bermanfaat jika penundaan tersebut dapat dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode dimasa mendatang.

Contoh Soal Full Costing Dan Variable Costing

Pada akhir periode 2019, perusahaan A memiliki 100 kg produk dalam proses yang sudah menelan biaya produksi dengan data sebagai berikut:

  • Biaya Bahan Baku Rp. 5.000
  • Biaya Tenaga Kerja Variable Rp. 25.000
  • Biaya Overhead Pabrik Variable Rp. 50.000
  • Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. 30.000

Dengan demikian biaya Harga Pokok Produksi didapat dengan menjumlahkan semua data diatas sehingga menghasilkan jumlah Rp. 110.000

Jadi, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang telah dikonsumsikan ke dalam pengolahan 100 kg produk tersebut hanya dapat diselesaikan sebesar 45% nya saja. Sedangkan bahan baku sebesar Rp. 5.000 tersebut dapat menyelesaikan 100 kg produk menjadi produk jadi.

Sedangkan biaya bahan baku sebesar Rp. 5.000 dibebankan sebagai Harga Pokok Produk dalam proses dan melekat pada Harga Pokok Persediaan yang dicantumkan pada neraca per akhir periode 31 Desember 2019. Dengan kata lain biaya bahan baku tersebut tidak dibebankan dalam biaya di tahun 2019 tetapi ditunda pembebanannya pada tanggal 31 desember 2019 dan dianggap sebagai aktiva.

Namun, pada tahun 2019 perusahaan A tidak akan mengeluarkan biaya bahan baku untuk 100 kg persediaan pada tanggal 31 Desember 2019.

Penundaan tersebut memang bermanfaat karena dapat menghindarkan dikeluarkannya biaya bahan baku untuk 100 kg produk dalam proses di tahun 2019. Dengan begitu biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik variable.

Perlu diketahui bahwa biaya overhead pabrik merupakan biaya jangka pendek yang tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Biaya tetap ini merupakan fungsi waktu dan bukan merupakan fungsi produksi karena ada atau tidak adanya proses biaya ini tetaplah terjadi.

Jadi, penundaan pembebanan biaya OH pabrik dan memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva tidaklah bermanfaat.

Dalam penerapannya, biasanya metode full costing digunakan untuk kepentingan laporan keuangan pihak eksternal dan variable costing ditujukan untuk pihak manajemen. Keduanya memiliki kelebihan dan kekuarangannya maisng-masing. Silahkan pilihlah metode yang sesuai dengan kebutuhan perusahaanmu.

Setelah membaca artikel mengenai full costing dan variable costing, kamu sudah tidak bingung lagi kan tentang perbedaan dari keduanya? Oh iya, jika kamu memiliki masalah tentang manajemen pengeluaran di perusahaanmu, kamu bisa menggunakan aplikasi dari Jojonomic, yaitu JojoExpense.

JojoExpense merupakan sebuah aplikasi yang dapat membantumu meningkatkan efisiensi manajemen pengeluaran perusahaan hingga 76%. Dengan menggunakan JojoExpense pengeluaran perusahaanmu akan tercatat dengan baik dan terhindar dari penipuan keuangan lho.

Penasaran dengan kehebatan aplikasi JojoExpense? Kamu bisa mencoba JojoExpense secara gratis lho. Ayo segera coba demo gratisnya sekarang, untuk mempelajari lebih lanjut. Selamat mencoba ya!