Pengertian Goodwill dan Cara Penghitungannya

cara menghitung persen

Tahukah kamu bahwa merger dan akuisi yang terjadi pada suatu perusahaan ternyata dapat menimbulkan  goodwill atau aset tidak berwujud dalam neraca keuangan perusahaan. Keberadaannya yang tidak terlihat atau tidak nampak secara fisik oleh mata itulah yang membuatnya menjadi aset yang tidak berwujud.

Pengetahuan tentang goodwill bagi perusahaan yang melakukan merger atau akuisi sangat penting untuk dipahami karena goodwill dapat memengaruhi keadaan perusahaanmu di masa yang akan datang. Yuk, kita cari tahu lebih dalam tentang goodwill dan cara penghitungannya!

Apa itu Goodwill?

Sebelum memahami tentang cara penghitungan goodwill, kita terlebih dahulu perlu memahami tentang pengertian goodwill untuk memudahkan kita dalam penghitungan goodwill nantinya. Goodwill atau aset tidak berwujud adalah selisih angka yang berasal dari kelebihan harga beli (purchase price) di atas harga pasar (fair market value) atas pembelian atau pembayaran sebuah transaksi perusahaan, seperti misalnya merger dan akuisi. Aset tidak berwujud ini nantinya akan masuk ke dalam neraca keuangan perusahaanmu.

Oops! We could not locate your form.

Manfaat Goodwill di Masa Mendatang

Beberapa manfaat yang bisa perusahaanmu dapatkan dengan adanya goodwill di masa mendatang:

  1. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa yang dimiliki perusahaan
  2. Penghematan biaya atau efisiensi pengeluaran perusahaan dalam menjalankan aktivitas-aktivitas perusahaan
  3. Pendapatan yang diperoleh dari penyewaaan yang dilakukan oleh perusahaan lain
  4. Pemberian lisensi perusahaan lain yang dibeli atau dibayar oleh perusahaanmu
  5. Peningkatan kualitas dalam layanan yang lebih cepat dari perusahaan untuk orang-orang yang bekerjasama dengan perusahaanmu
  6. Penurunan jumlah tenaga kerja atau karyawan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan tugas atau fungsi dalam perusahaanmu

Penghitungan Goodwill

Setelah mempelajari tentang pengertian dan manfaat yang kamu rasakan berkat adanya goodwill, saatnya kamu memahami lebih dalam tentang cara penghitungan goodwill bagi perusahaanmu. Yuk, simak cara penghitungannya sebagai berikut!

Seperti yang kita ketahui bersama, goodwill hanya akan timbul jika terjadi merger atau akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan tempat kamu bekerja. Di mana selisih harga beli perusahaan lebih besar dari harga kekayaan bersih atau nilai buku perusahaan. Hal inilah yang kemudian disebut dengan goodwill.

Namun, jika selisih harga beli perusahaan lebih kecil dari harga kekayaan bersih atau nilai buku perusahaan maka hal ini disebut sebagai goodwill negatif. Tidak perlu bingung membedakannya, karena sebenarnya secara nalar sama saja tinggal dibolak-balik saja kok!

Contoh Kasus

Berikut ini contoh kasus yang bisa kamu pelajari dalam penghitungan goodwill:

Doni merupakan pemilik perusahaan A di bidang transportasi berbasis aplikasi online di kawasan Jakarta Utara, kemudian ia berniat untuk membeli perusahaan B yang dimiliki oleh Dona. Perusahaan B merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi untuk membuat sebuah sistem aplikasi yang terletak di Jakarta Selatan.

Perusahaan Dona memiliki total aset sebesar Rp1000.000.000 dengan total liabilitas Rp350.000.000 dan total equity RP650.000.000, karena lokasinya yang strategis, Dona ingin menjual perusahaannya dengan harga yang tinggi. Akhirnya Doni membeli perusahaan Dona dengan harga Rp850.000.000.

Total aset bersih atau nilai buku perusahaan yang dimiliki Dona adalah RP650.000.000, namun Doni membelinya dengan harga Rp850.000.000, ada selisih angka Rp200.000.000. Selisih angka inilah yang selanjutnya kita sebut dengan goodwill. Meski selisihnya cukup besar, namun ini bukanlah sebuah kerugian, karena perusahaan Dona yang lokasinya strategis diprediksi akan mengalirkan keuntungan bagi perusahaan di masa depan.

Dalam pencatatan akuntansinya akan seperti ini:

Aset                                       Rp1.000.000.000

Goodwill                              Rp200.000.000

Kas                                        Rp850.000.000

Lialibiltas                            Rp350.000.000

Amortisasi Pada Aset Tak Berwujud

Penyusutan aset perusahaan bukan hanya dialami oleh aset yang berwujud atau nilai fisiknya terlihat dalam sebuah perusahaan. Kamu juga perlu mengetahui bahwa penyusutan juga terjadi dalam goodwill atau aset yang tak berwujud.  Penyusutan yang terjadi pada aset tak berwujud dinamakan amortisasi.

Dalam Standar Akuntansi keuangan (SAK) atau buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang berkaitan dengan bidang akuntansi, dinyatakan bahwa amortisasi ini adalah alokasi jumlah aset yang tersusutkan secara sistematis.

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HRIS hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

Metode Pencatatan Amortisasi dalam Aset Tak Berwujud

Dalam pencatatan amortisasi untuk aset tak berwujud yang umum dilakukan di Indonesia, menurut sistem akuntansi, ada dua jenis metode. Kedua metode tersebut adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, metode dan penilaian amortisasi aset tak berwujud dikelompokkan berdasarkan masa manfaatnya.

Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat Tarif Amortisasi
Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 1 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 1 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 1 20 Tahun 5% 10%

Metode Garis Lurus dalam Amortisasi

Berikut adalah metode garis lurus yang perlu kamu ketahui ketika melakukan pencatatan amortisasi:

Metode penyusutan garis lurus merupakan sebuah metode yang dilakukan untuk mengalokasikan beban biaaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan selalu sama. Sehingga, nilai biaya penyusutannya selalu stabil atau tetap setiap tahunnya.

Mulai dari tahun perolehan sampai dengan tahun terakhir masa manfaatnya. Sebagai contoh, perusahaan kamu membeli lisensi Gaudi untuk produksi baju dengan masa manfaat selama 5 tahun sebesar Rp500.0000.000, maka perhitungan amortisasi per tahunnya adalah:

Beban amortisasi tahunan:

1/5xRp500.000.000 =Rp100.0000

Dari perhitungan di atas, maka setiap tahunnya perusahaan kamu harus melakukan amortisasi lisensi Gaudi sebesar Rp100.000.000, sehingga perhitungan akuntansinya ketika ditutup dalam buku akhir tahun adalah:

Beban amortisasi                           Rp.100.000.000

Aset tak berwujud                          Rp.100.000.000

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HRIS hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

Metode Saldo Menurun dalam Amortisasi

Berikut adalah metode saldo menurun yang perlu kamu ketahui ketika melakukan pencatatan amortisasi:

Metode penyusutan saldo menurun adalah sebuah metode untuk mengalokasikan beban biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan semakin menurun tiap tahunnya seiring bertambahnya masa manfaatnya. Dan pada tahun akhir masa manfaatnya, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa buku yang ada.

Dalam metode ini, pada tahun perolehan biaya penyusutan akan lebih besar dan tahun berikutnya biaya penyusutan akan semakin kecil. Jika mengikuti contoh kasus Gaudi diatas, maka penghitungan amortisasinya adalah:

1. Amortisasi lisensi Gaudi tahun pertama

50% x Rp100.000.000 = Rp50.000.000

2. Amortisasi lisensi Gaudi tahun kedua

50% x (Rp100.000.000 – Rp50.000.000) = Rp25.000.000

3. Amortisasi lisensi Gaudi tahun ketiga

50% x (Rp50.000.000 – Rp25.000.000) = Rp12.500.000

4. Amortisasi lisensi Gaudi tahun keempat

50% x (Rp25.000.000 – Rp12.500.000) = Rp6.500.000

5. Amortisasi lisensi Gaudi tahun kelima

Tahun kelima adalah masa akhir manfaat lisensi, maka pada pembukuannya adalah dengan melakukan debet pada sisa nilai ke dalam akun beban amortisasi dan kredit akun aset tak berwujud atau akun lisensi. Dari perhitungan di atas, maka sisa nilai lisensi yang harus dibukukan adalah sebesar Rp6.500.000.

Cara Perhitungan Goodwill

Seringkali perusahaan memiliki goodwill dengan nilai yang tidak bisa ditentukan. Goodwill atau aset tak berwujud ini bisa berupa kekayaan intelektual, merek, lokasi, dan faktor lainnya. Aset ini mengacu pada premi terhadap harga wajar perusahaan yang dibayar oleh pembeli. Nah, premi ini dilekatkan pada benda tak berwujud, berupa reputasi, pertumbuhan dimasa depan, popularitas merek, dan sumber daya manusia. Nilai bisnis tersebut tidak bisa diatribusikan pada aset bisnis lainnya. Metode perhitungan goodwill yang tepat bisa digunakan untuk membenarkan nilai pasar bisnis lebih tinggi daripada nilai bukunya.

Ada beberapa cara menghitung goodwill, namun yang paling sering digunakan adalah metode berbasis laba. Penting diketahui bahwa goodwill muncul hanya ketika nilai yang dibayar oleh pembeli, memperoleh aset melebihi nilai aset tersebut. Berikut ulasan mengenai metode menghitung goodwill yang perlu Anda ketahui.

Perhitungan Goodwill dengan Laba Rata-rata

Pahami cara penerapan laba rata-rata

Metode pertama menggunakan data laba rata-rata. Langkah awal yang perlu Anda pahami adalah cara penerapan laba rata-ratanya. Pada metode ini, nilai goodwill sama saja dengan laba rata-rata selama periode waktu tertentu, lalu dikali jumlah tahun. Cara ini paling sederhana dan umum untuk menghitung goodwill.

  • Ringkasnya, perumusan goodwill ini bisa dituliskan menjadi sebagai berikut.

Goodwill = laba rata-rata x jumlah tahun

  • Contoh penerapannya, Anda menggunakan laba tahunan rata-rata selama tahun 2010 hingga 2014. Nah, kalikan dengan jumlah tahun 5 untuk mendapatkan goodwill.

Sesuaikan angkanya dulu sebelum lanjut ke perhitungan.

Langkah berikutnya yaitu lakukan beberapa penyesuaian terlebih dulu. Setelah itu, baru hitung laba rata-ratanya. Berikut tahapan perhitungannya.

  • Semua laba abnormal harus dikurangi dari laba bersih pada tahun perolehannya.
  • Semua rugi abnormal harus ditambah ke laba bersih di tahun terjadinya.
  • Laba nonoperasi atau laba dari investasi ini harus dikurangi dari laba bersih pada tahun perolehannya.

Hitung goodwill

Langkah perhitungan goodwill ini diawali dengan menentukan laba rata-rata pada tahun yang sedang dihitung. Caranya, dengan menjumlahkan laba di setiap tahun terkait, lalu membaginya dengan jumlah tahun.

Contoh penerapan perhitungan goodwill

Katakanlah bahwa perusahaan X menghasilkan laba secara urut pada tahun 2010 sebesar Rp200 juta; tahun 2011 sebesar Rp220 juta, tahun 2012 sebesar Rp190juta, dan tahun 2013 sebesar Rp210 juta. Jika dijumlahkan, maka keseluruhan laba total perusahaan tersebut yaitu Rp820 juta. Bagaimana langkah selanjutnya?

  • Bagikan total laba yang diperoleh dengan jumlah tahunnya. Misalnya, Rp820 juta dibagi 4 yaitu Rp205 juta. Dari perhitungan ini diperoleh laba rata-rata pada tahun tersebut yaitu Rp205 juta.
  • Dari perhitungan ini, dapat dikatakan bahwa goodwill sama nilainya dengan laba rata-rata dalam periode waktu tertentu, dimana dikalikan dengan jumlah tahun terkait. Pada contoh kali ini, goodwill perusahaan X adalah Rp820 juta. Sementara, goodwill hanyalah akumulasi total laba di tahun-tahun terkait. Pada kenyataannya nilai goodw banyak tidak sesuai karena dipengaruhi oleh biaya dan laba abnormal.

Tambahkan Goodwill pada nilai pasar wajar bisnis

Pada saat Anda melakukan penawaran pada calon pembeli atau suatu bisnis, maka jumlah goodwill yang diperoleh harus ditambah ke nilai pasar wajar bisnis atau aset dikurangi dengan liabilitas. Pada kasus ini, goodwill yaitu premi terhadap nilai pasar wajar bisnis. Nilai goodwill mencerminkan laba rata-rata bisnis selama periode waktu tertentu.

Metode perhitungan Goodwill dengan Super Profit

Beberapa tahapan cara penerapan perhitungan goodwill dengan hasil super profit diantaranya sebagai berikut.

Temukan laba rata-rata

Langkah awal perhitungan yang harus Anda pahami adalah laba rata-rata perusahaan dari tahun-tahun sebelumnya. Jumlahkan laba-laba tersebut dan bagikan dengan jumlah tahunnya. Perhatikan contohnya berikut.

  • Perusahaan menghasilkan laba Rp200 juta pada tahun 2010; laba Rp220 juta pada tahun 2011; laba Rp190 juta pada tahun 2012; dan laba Rp210 juta pada tahun 2013. Jika semua laba tersebut dijumlahkan, maka diperoleh total laba senilai Rp820 juta. Bagikan total laba dengan jumah tahunnya, dalam kasus ini yaitu 4. Hasilnya, Rp820 juta dibagi 4 sama dengan Rp205 juta. Jadi, laba rata-ratanya Rp205 juta.

Kurangi laba asli dengan laba rata-rata

Laba super atau super profit ini merupakan laba yang diperoleh ketika besarnya melebihi laba rata-rata. Nah, untuk memahami lebih lanjut tentang laba super, cari laba asli perusahaan pada tahun ini dan kurangi laba rata-rata pada tahun sebelumnya. Perhatikan contoh berikut ini.

  • Katakanlah perusahaan Y memiliki laba rata-rata senilai Rp200 juta. Pada tahun berikutnya, laba bersih perusahaan Y adalah Rp230 juta. Nah, selisih laba perolehan bersih dengan laba rata-rata disebut laba super. Dalam kasus ini, maka besarnya laba super adalah Rp30 juta.

Pelajari rumus laba super untuk perhitungan goodwill

Pada metode perhitungan goodwill kedua ini, diperoleh dari penjumlahan laba super pada tahun tertentu, lalu dikali dengan jumlah tahun pembelian yang telah disepakati. Ringkasnya, berikut rumusnya.

Goodwill = laba super x jumlah tahun

Cermati lagi cara penerapan modelnya

Lebih jelasnya, langsung saja pada contoh penerapan model goodwill melalui rumus laba super.

  • Suatu perusahaan memiliki laba rata-rata tiap tahun senilai Rp200 juta. Namun, laba asli perusahaan tersebut dalam rentang waktu empat tahun adalah Rp210 juta pada tahun 2010, Rp230 juta pada tahun 2011, Rp210 juta pada tahun 2012, dan Rp200 juta pada tahun 2013.
  • Setelah itu, hitung laba super yang bisa dicari dengan menghitung selisih dari laba asli dengan laba rata-rata. Misalnya, tahun 2010 laba supernya adalah Rp10 juta, tahun 2011 senilai Rp30 juta, tahun 2012 senilai Rp10 juta, dan pada tahun 2013 tidak diperoleh laba super.
  • Selanjutnya, hitunglah total laba super dalam kurun waktu tertentu. Pada soal ini, maka jumlah laba supernya yaitu Rp10 juta+ Rp30 juta+ Rp10 juta+ 0= Rp50 juta.
  • Langkah terakhir, laba super yang diperoleh dikali dengan jumlah tahunnya. Sesuai rumus di atas, goodwill = Rp50 juta x 4 = Rp200 juta.

Jumlahkan goodwill dengan nilai pasar wajar bisnis

Pada kasus ini, goodwill yang diperoleh berdasarkan perhitungan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meraup lebih banyak laba. Nah, dengan menjumlahkan laba super dengan nilai pasar wajar unit bisnis, maka harga pembeliannya menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut untuk menciptakan laba.

Ada satu lagi nih perhitungan goodwill lainnya yaitu memakai kapitalisasi laba dengan rumus sebagai berikut.

Goodwill = nilai kapitalisasi laba rata-rata / super – modal terpakai.

Peroleh modal terpakai berasal dari aset dikurangi dengan liabilitas.

Sebenarnya, ada banyak rumus untuk menghitung nilai goodwill. Hanya, saja, ketiga metode di atas yang paling sering digunakan oleh pebisnis untuk mendapatkan harga terbaik. Sekali lagi, informasi ini sekedar referensi bagi Anda. Apabila masih belum paham, jangan ragu untuk bertanya pada ahlinya ya!

Nah, sekarang kamu sudah mengerti kan tentang pengertian dan cara penghitungan goodwill dalam sebuah perusahaan? Ataukah kamu masih bingung bagaimana mengatur pengeluaran perusahaanmu atas pembelian perusahaan lain? Tidak perlu risau atau bingung karena kamu bisa menggunakan JojoExpense untuk membantumu mengatur pengeluaran perusahaan. Dengan sistem digital yang terotomatisasi, perusahaanmu sudah tidak perlu lagi khawatir akan adanya dana-dana bayangan. Semuanya terekam aman di cloud yang mudah diakses untuk keperluan dokumen apa pun. Ayo segera coba demo gratisnya JojoExpense!